Jumat, 10 Desember 2010

Life Is Sooo... Complicated (part 3)

Life Is So Complicated (Part 3)


Sore itu, tanggal 13 September..
Mantha memang masih tinggal di apartment-nya Cryztal. Dan masalah ini tidak ada hubungannya dengan masalah tempat tinggal.  Tiba-tiba handphone Mantha berbunyi. Terdengar lagunya T-Max, Paradise versi Intro, salah satu soundtracknya film Korea yang sangat Mantha gemari, BBF (Boys Before Flowers) atau BOF (Boys Over Flowers). Mantha membuka flip handphonenya, Sony Ericsson W508i special edition, untuk menjawab teleponnya.
Almost Paradise taeyangboda deo ttaseuhan

Nal boneun neoui nunbicheun onsesang da gajindeutae
In my life nae jichin sarme biccheoreom
Dagawajun ni sarangeul eonje kkajina ganjikhal su itdamyeon…..

“Dari Calizta. Kenapa yah ? Tumben banget ni anak telpon gw ?”, lalu ia membuka flip handphonenya dan menjawab panggilan itu, “Hallo, Calizta ? Ada apa, kok tumben telpon cece ?”
Di keluarga Mantha memang sudah terbiasa, karena di dalam tubuh Mantha bersaudara terdapat darah orientalnya, jadi sudah biasa, kalau yang lebih kecil selalu memanggil yang lebih besar dengan sebutan ‘cece’ kalau kakak perempuan, dan ‘koko’ kalau kakaknya laki-laki.
Satu lagi keterangan, Calizta memang dipanggilnya ‘Calizta’ tapi, ia lebih suka dipanggil ‘Caliz’ atau ‘Lizta’.
“Ce Mantha, ce… Gaswat eh gawat ce…”
“Napa lagi, Lizta ? Mantanmu ngejar-ngejar kamu lagi, atau… apa masalahnya, Lizta ?”
“Gak, bukan itu…”
“Trus, apa dong ? Cece penasaran nih.. Mana ini kan interlokal Lizta.. Cepetan, mahal lho..”
“Ini masalah menyangkut cece… Cece jangan kaget yah.. Ce.. Cowo idaman cece, si Ray.. Di.. Dia pulang ke Indo ce, dia bilang lagi ambil cuti buat istirahat. Tapi, barusan dia ke sini ce.. Dia ke rumah kita ce. Dia minta alamat cece di Singapura, dan gobloknya Litha kasih gitu aja. She ruined everything, ce. Cece kan cerita sama aku kalo cece udah gak mau diganggu dia lagi kan ce ? Duh, ntar kalo dia nyusul gimana ce ? Dia tuh nyariin cece tauuuu… Gawat ce.. Gimana nih ce ?”
Tubuh Mantha serasa kaku, beku. Ia shock. Ia tidak menyangka Ray sampai senekat itu meminta alamatnya langsung dari keluarganya, padahal selama ini ia tidak tahu alamat rumah Mantha yang di Jakarta. Kepala Mantha serasa pusing. Dari dulu cuma Lizta yang tahu ia suka dengan Ray, yang bahkan Cryztal, her best-best friendnya saja tidak tahu. Apa ini saatnya ia harus jujur ke semua orang bahwa ia selama ini menyimpan fakta dan kenyataan berat di hatinya ? Apa ini saatnya ? Apa ini… saatnya ???
Tubuh Mantha terasa makin lemas, ia merasa ia sudah tidak lagi menapakkan kakinya lagi di atas lantai kamar ini.
BRUUUUKKKK… !!!
Terdengar suara seperti orang jatuh. Mantha pingsan. Sebelum pingsan, Mantha hanya dapat menggumamkan satu kalimat pendek dengan suara sangat lirih…
“Ray… He Come Back…”
Cryztal yang berada di luar kamar curiga. Kok tiba-tiba ada suara kayak orang jatuh ?
Ia langsung berpikir..
‘Mantha ?’
Iapun menerobos masuk ke kamarnya dan menemukan Mantha telah pingsan dengan wajah pucat, dan handphone yang masih dalam panggilan tersambung, terdengar juga suara Lizta yang berteriak-teriak..
“Ce !!! Cece !!!!”
Lalu, Mantha-pun diboyong ke rumah sakit oleh Cryztal dan papanya….
 •••••••••••••••••••••
TUT.. TUT.. TUT…
Suara itu yang terdengar oleh Mantha ketika ia terjaga. Entah berapa lama ia jatuh pingsan. Ketika ia terjaga, ia menggumamkan sesuatu..
“He come back..”
Dan Cryztal yang menunggu di sampingnya menyadari bahwa Mantha telah sadar. Ia langsung memegang tangan Mantha.
“Man… Mantha..” panggil Cryztal dengan suara sengau.
“Errrrrr…. C.. Cr.. Cryztallll…”
“Iya Mantha, ini gw.. Mantha lo kenapa, Man, ampe pingsan gini ?”
Perlahan Mantha membuka matanya lebar-lebar, menggerakkan tangannya, kakinya, sedikit badannya. Lalu, ia perlahan membuka mulutnya yang terasa sangat kering.
“Man… minum dulu, minum dulu..”, lalu Cryztal mengambil gelas berisi air putih dan menyodorkannya pelan-pelan ke Mantha. Mantha meneguknya sedikit.
Lalu, Mantha berusaha duduk, namun dicegah oleh Cryztal.
“Wait a minute, Man, gw mau manggil dokter dulu, setelah itu, baru lo boleh duduk.”
Lalu, Cryztal membawa satu dokter dan satu suster masuk. Dan Mantha-pun diperiksa.
Setelah Mantha diperiksa dan tim dokter telah keluar, Cryztal menghampiri Mantha.
“Mantha, lo gak pa pa kan ? Lo ada masalah apa sih ampe setelah ditelepon Lizta jadi pingsan ?”
Mantha berusaha duduk dan diam merenung sesaat. Memikirkan apa yang harus dikatakannya. Sesaat setelah hening menyergap mereka berdua, Mantha meneteskan air matanya.
“Mantha ? Kok lo nangis ? Ada apa, Man ?”
“Cryztal…” suara Mantha terdengar lirih.
“Ya, Mantha, ada apa ?”
“Maafin gw..”
“Emangnya lo salah apa sama gw ampe lo minta maaf sama gw ?” Cryztal terlihat bingung.
“Selama ini gw gak pernah jujur sama lo, gw gak pernah cerita yang sebenarnya sama lo…”
“Maksud lo ?”
“Begini…”, lalu Mantha-pun mulai bercerita. Tentang ia berhubungan dengan Ray, si cowok idaman semua cewek di sekolahnya, juga sekolah Cryztal dulu, tentang Ray dan dia yang suka ketemu diam-diam di belakang sekolah, tapi dia dan Ray tidak pernah pacaran, jadi cerita yang selama ini ia umbar-umbar ke semua orang di sekolahnya sekarang dan juga Cryztal tahu itu semua hanyalah isapan jempol belaka, perpisahannya dengan Ray yang membuat hidupnya menjadi sangat berat, beban di hatinya ia bawa kemana-mana, ia menjadi terobsesi dengan keberadaan Ray di hidupnya dan menginginkannya lebih dari sekadar teman, dan sekarang perasaannya terhadap Ray sudah mulai pudar, karena ia tahu, ada seseorang yang telah mengisi hatinya, tapi ia belum siap mengatakan siapa orang itu, juga ditambah lagi Ray yang nekat nyusul ke Singapura hanya untuk menemui Mantha.
Diceritakan yang sebenarnya seperti itu, Cryztal terlihat sangat kaget, ia seperti tidak percaya, best friend-nya ternyata tidak jujur dengannya, namun ia juga tidak bisa marah, karena beruntung Ray bukan tipe cowok idamannya dan Mantha juga tidak pacaran dengan Ray. Namun ia bingung, sosok siapakah yang sekarang sedang mengisi hati Mantha, sampai-sampai memudarkan rasa obsesi Mantha terhadap Ray.
“Mantha, gw gak nyangka…”
“Tuh kan, lo pasti kecewa kan, karena gw selama ini udah boong sama lo. Ya kan ?
“Nggak, bukan itu, Man… Gw gak nyangka, beban hidup yang lo pegang selama ini ternyata berat banget. Mulai dari Ray ninggalin lo, terus, lo sebegitu desperate-nya ampe lo ngarang-ngarang cerita lo udah pacaran ma Ray, terus perasaan lo yang mulai pudar ke Ray  karena ada sosok baru yang mengisi hati lo, namun tak ayal, Man, sepertinya lo masih cinta sama Ray, karena lo kaget dan shock, ampe pingsan segala dua hari lagi.. Lo benar-benar berada dalam dilema yang besar, Man. Tenang aja, Man, gw gak bakal marah kok karena lo udah boong ma gw, karena Ray toh juga bukan tipe cowok idaman gw, dan gw akan selalu nemenin lo untuk menyelesaikan dilema di hati lo.”
“Cryztal, kali ini gw yang harus bersyukur, untuk mempunyai temen kayak lo, yang selalu ngedukung gw…”, lalu Mantha berusaha memeluk Cryztal yang juga disambut oleh pelukan hangat seorang sahabat dari Cryztal.
Dan Cryztal-pun menyahut, “Karena itulah gunanya seorang temen, ya kan Mantha ?”
“Ya.. Ya Cryz…”
Merekapun tersenyum, meskipun Mantha belum sepenuhnya pulih dari shock-nya dan masalah yang belum terselesaikan masih terlalu banyak di depannya…
•••••••••••••••••••••

Life Is Sooo... Complicated (part 2)

N.B. : mulai dari sini, akan kubagi 3 part tiap bab ya, biar gak kepanjangan...~~



2 :

He Come Back…!!


Kehidupan Mantha sekarang berjalan seperti biasa. Setengah tahun ia di Singapura, ia sudah terbiasa dengan lingkungannya. Tubuhnya juga sudah terbiasa menaikkan tensi darahnya ke level tertinggi ketika Tilda mengganggunya.
Pagi itu, tanggal 27 Mei..
Ia pergi ke sekolah bersama Cryztal. Dan sesampainya di sekolah, di papan tulis tertulis, ‘SAY HURRAY, B’COZ MISS LEE TAKES REST FOR 5 MONTHS…!!!’
 Ya.. Miss Lee Morine, sudah hamil 5 bulan. Ia mungkin merasa, ini bayi pertama yang diberikan Tuhan kepadanya, jadi ia harus istirahat yang banyak, untuk mempersiapkan tenaga besar ketika melahirkan nanti.
Jadi, siapa yang menggantikan Miss Lee ?
Saat pelajaran biologi, dan yang menurut murid tidak ada guru yang masuk ke kelas untuk menggantikan Miss Lee, anak-anak semuanya berisik sekali. Namun, 10 menit kemudian, sekelas langsung diam. Ada guru yang masuk. Laki-laki, dan kelihatannya masih sangat muda. Mungkin baru 20-an tahun. Baru lulus kuliah mungkin ?
Yang lebih diam lagi anak-anak perempuan. Yang perempuan hanya memandang terkesima ke guru cowok baru itu. Soalnya.. gurunya cakep banget ! Umpamanya, cute gitu lohhhh…
Tapi, mukanya terasa tidak asing bagi para cewek-cewek kelas.
Mantha berpikir, ‘Ni guru mukanya familiar banget ya ? Kayak artis Korea… siapa yah ? Tapi yang jelas lebih mirip… Kim Bum.. Ah, tapi kan gak mungkin Kim Bum ngajar. Biologi lagi. It’s so impossible.”
Ia masuk ditemani oleh Mr. Adam, principalnya Mantha.
Lalu, Mr. Adam memperkenalkan guru itu ke anak-anak sekelas.
“Good morning, my beloved students..”
Anak-anak berdiri dari kursinya dan menyambut greeting yang diberikan Mr. Adam dengan serempak.
“Morning, Sir Adam….”
“OK, sit down all of you.. I want to announce something important.”
Anak-anak semua serempak duduk.
“This is your new biology teacher, to substitute Miss Lee from this time to 5 month onwards.” Kata Mr. Adam, “Sir, please introduce yourself.” Lanjutnya sambil menyuruh guru baru itu untuk memperkenalkan diri.
“Annyeonghaseyo… Good morning all. My name is Kim Rae Woo or Johannes Woo, just call me Sir Kim or Sir Jo. I’m your new biology teacher, to substitute Miss Lee, for five month onwards. So, could you all help me to tell what biology method are you used to ?”
“Yes, Sir, we all can help you…” murid-murid serempak menjawab.
“Thank you for your kindness..”
Lalu, Mr. Adam melanjutkan penjelasannya.
“My dear student, you all must know, that Sir Kim is your homeroom teacher, Miss Susan ‘s brother. He newly graduate from his studies in University of Oregon, USA. So, you all can help him, to let him know what method of studies are you all used to.”
Pantas saja mukanya familiar. Ternyata dia adalah adik dari homeroom teacher-nya Mantha.. Dan pantas saja dia tampan.. Miss Susan kan cantik…
Ya, memang, homeroom teacher-nya Mantha, Miss Susan, adalah orang keturunan Korea. Nama aslinya saja Kim Young Ri atau Susan Young. Hanya saja, ia menikah dengan lelaki asli Aussie, Hamilton Smith. Jadilah namanya berganti mengikuti nama suaminya, Susan Smith.
OK, now, pelajaran biologi dipegang oleh guru baru.
Sir Jo, begitu anak-anak suka memanggilnya, memiliki wajah yang tampan, bahkan terlalu tampan. Banyak anak-anak perempuan yang terpesona olehnya. Termasuk Mantha dan Cryztal. Umurnya yang masih 20 tahun, pintar, selalu ceria dan riang, selalu tersenyum dan senyumannya selalu menampilkan lesung pipit yang membuatnya semakin manis. Kacamata ber-frame tipis berbentuk kotak yang bertengger di matanya tiap hari, membuat ia tampil makin keren dan smart. Anak-anak perempuan di sekolah Mantha memberi julukan khusus kepada Sir Jo, yaitu, Cute Biology Boy. Secara umurnya yang tidak berbeda jauh dengan anak-anak kelas Mantha, paling.. hanya 3 tahun, diajar olehnya jadi terasa lebih mengasyikkan. Seperti diajar dengan yang seumuran.
Sir Jo meminta anak-anak mengajarinya metode yang dipakai Miss Lee, namun anak-anak malah berkata, “Sir, we don’t need you to teach us with Miss Lee’s method, but, teach with your own method, and we sure it’ll be more fun.”
Itu yang berkata adalah Mantha yang mewakili seluruh anak-anak kelas. Anak-anak kelas mendukung Mantha dengan anggukan kepala penuh semangat.
Maka, sekarang, 1 minggu sudah Sir Jo mengajar di sekolahnya Mantha, dan memang porsi mengajarnya kebanyakan di kelas Mantha, karena, yang kelas junior sudah ada satu guru biologi yang pegang juga. Jadi, Sir Jo hanya mengajar 2 kelas, kelas 10-1 dan kelas 11-science. Anak-anak mengaku senang diajar oleh Sir Jo, karena metode ajarannya beda dari metode ajarannya Miss Lee. Kata kebanyakan murid yang diajar oleh Sir Jo, cara Sir Jo mengajar lebih mengasyikkan. Memang dia sering mengadakan semacam pop quiz, atau kuis mendadak, namun, dengan cara yang menyenangkan. Hari-hari dengan pelajaran biologi yang berat, ditemani oleh Sir Jo rasanya jadi ringan dan gampang.
Maka itu, tak heran, jika… sekarang tak terasa waktu berlalu begitu cepat dan 2 bulan sudah Sir Jo mengajar di sekolahnya Mantha, dan nilai-nilai biologi hampir semua murid yang diajar Sir Jo meningkat pesat. Prestasi yang membanggakan yang dicetak oleh guru yang baru 2 bulan mengajar.
•••••••••••••••••••••
Beralih ke kehidupan Mantha lagi, tidak ada perubahan yang signifikan, kecuali Tilda yang tidak terlalu menjadi masalah sekarang, karena Cryztal dan papanya sekarang tahu bahwa Tilda mengidap penyakit hiperaktif, yaitu penyakit mental yang membuat anak-anak jadi super aktif, gerakannya tidak terbatas, dan kalau sudah tidak ada kerjaan wah, bahaya tuh, profesinya berganti jadi tukang gangguin orang sibuk. Makanya sekarang Tilda sengaja dimasukkin ke sekolah yang menjamin anak-anak didiknya mendapat PR yang super banyak, dilesin yang banyak, juga harus ikut terapi dua kali seminggu. Hmm… memang agak terlalu berat untuk anak umur segitu, cuma mau gimana lagi ? Itu cara satu-satunya. Lagian, kan, dalam kamus seorang pengidap hiperaktif, tidak ada kata-kata capek. Jadi biarin aja lah…
Hari-hari Mantha sekarang berangsur normal dan menyenangkan. Ia mulai menikmati Singapura, dan rasanya kok malas yah mau pulang ke Indonesia ?
‘Apa gw harus izin papa dan mama yah biar aku dibuatin PR (Permanent Residence – semacam surat menetap di negara orang dengan fasilitas hak-hak yang disamakan seperti warga negara negara itu sendiri, jadi gerakannya lebih luas, lingkupnya juga, dan yang pasti tidak harus repot mengurus paspor tiap beberapa bulan sekali) ? Hmm.. ide bagus tuh.. Boleh nih nanti malam gw telepon papa ah…’ pikir Mantha.
•••••••••••••••••••••
2 bulan kemudian..
Mantha telah mengantongi kartu PR. Berkali-kali Mantha mengucapkan rasa terima kasihnya kepada orang tuanya yang sudah tidak terlalu protektif lagi ke dia. Sekarang Mantha sudah resmi menjadi warga yang berdomisili di Singapura dan bukan lagi warga negara Indonesia, walau ia masih tinggal barengan bersama dengan Cryztal, tapi ia sebentar lagi pindah, karena orang tuanya akan membelikan sebuah apartment untuk Mantha, tepat di seberang apartment-nya Cryztal, jadi ia dan Cryztal masih bisa kerja kelompok bareng deh.. Dan, sekarang Mantha merasa hidupnya tidak serumit dulu lagi.
Ya, hidup Mantha memang tidak serumit dulu lagi, kalau saja tidak ada masalah yang menyerang Mantha lagi...

*continue to part 3*

Life Is Sooo... Complicated (part 1)

N.B. : Cerita ini bakal aku buat dalam beberapa part... Soalnya panjang sih... Selamat menikmati...~



1 :
My Stories..
Saat itu..

Sebelas tahun yang lalu..
Terngiang di benak Samantha Abyssa Puspitoyono masa kecilnya. Jelas. Masa kecil yang bahagia dan sungguh menyenangkan. Masa itu adalah dimana saat ia baru masuk kelas 1 SD.
“Mamaaaaaaa…!!” terdengar teriakan yang riang dari mulut Mantha kecil.
“Iya sayang.. Ada apa ?” sahut mamanya, Anindya Puspitoyono, seorang ibu rumah tangga yang cantik, lemah lembut, dan penyayang.
“Mantha mau sekolah, ma.. Mau sekolah..” rengeknya.
“Mantha, sayang, mama tau kamu ingin sekolah, tapi ini kan masih hari Minggu, besok kamu baru mulai sekolah. Jadi kamu gak usah pakai baju seragammu, topi, sepatu, dan menggendong tasmu itu. Besok akan jadi lebih menyenangkan. Karena kamu ketemu banyak banget teman baru, ketemu ibu guru yang baik, pelajaran yang menyenangkan, dan masih banyak yang lainnya. Jadi kamu pasti bakalan senang banget deh…”
“Oh, gitu ya, ma ? Wah, Mantha tidak sabar mau sekolah besok. Hihihi…” senyumnya riang.
“Ya sudah, sekarang kamu tidur dulu ya.. Mama akan bacain kamu dongeng kesukaanmu. Mau ?”
“Waa… Mau Maaa….”
“Ya, kalau gitu, sekarang kamu ke kamarmu dulu, mama sebentar lagi datang. Okay ?”
“Okayyy maaa..”
Mantha kembali lagi ke dunia nyata. Air matanya meleleh.
Ia bergumam pelan, “Ma, seandainya mama masih ada, pasti hidup Mantha gak rumit seperti sekarang.. Pasti Mantha punya teman untuk berbagi bersama..”
Ya, mamanya, Aninidya Puspitoyono – atau lebih tepatnya Anindya Martina Prabukusuma – karena setelah menikah dengan papanya, Hendra Johannes Puspitoyono, mamanya berganti nama menjadi nama itu. Mamanya meninggal 4 tahun lalu, ketika Mantha masih berumur 13 tahun dan masih kelas 2 SMP, karena penyakit kanker otak. Sempat sih dioperasi, namun, tetap saja Tuhan berkehendak lain. Operasi pertama berhasil dengan mulus, dan itu memperpanjang sedikit dari umur mamanya. Operasi keduanya.. gagal. Dan mamanya pun pergi untuk selamanya. Sebagai anak sulung, dan yang paling disayang mamanya, Mantha-lah yang paling merasa kehilangan. Karena kedua adiknya, Talitha Dewi Puspitoyono atau Litha dan Calizta Venice Puspitoyono atau Calizta lebih dekat ke papanya. Dan walaupun mereka juga merasa kedukaan yang amat dalam namun tidak sedalam yang dirasakan Mantha.
Sebenarnya, mereka bertiga mempunyai keunikan yang sama. Papanya yang diplomat, sering berpindah-pindah kota atas tugas yang dikerjakannya. Jadi mereka bertiga tidak lahir di Tanah Air Tercinta-nya mereka ini. Singkatnya, mereka tidak lahir di Indonesia, walaupun berorangtua Warga Negara Indonesia. Mantha, ia lahir di Perth, Aussie, dan sempat tinggal di sana selama 3 tahun, lalu ketika mamanya sedang mengandung Litha, papanya ditugaskan ke Paris, dan disitulah Litha lahir. Ia sempat tinggal di situ selama 2 tahun. Dan ketika mamanya lagi hamil muda, kira-kira baru 3 bulan, papanya dipindahkan ke negara air laut dengan transportasi kapal motor. Apalagi kalau bukan Venesia atau Venice dalam bahasa Inggrisnya. Adik bungsunya, Calizta lahir di sana. Ia tinggal di sana cukup lama. 4 tahun. Lalu, papanya pulang ke Indonesia.
Maka itu, ia bisa berbahasa Prancis, Inggris, dan tentu saja Indonesia. Ia paling benci bahasa Mandarin, padahal, di dalam aliran darahnya, terdapat keturunan Chinese. Dari orangtuanya. Namun, entah mengapa, ia menyukai bahasa Jepang dan Korea..
Oke, back to topic, Mantha merasa hidupnya sangat rumit semenjak kepergian mamanya. Entah mengapa. Mulai dari urusan keluarga, sekolah, hingga masalah hati yang menimpanya saat urusan yang lainnya belum terselesaikan.
Mantha bukan orang yang suka curhat. Tapi ia punya diary yang telah menemaninya bertahun-tahun khusus untuk media curhatnya.
Pertama, masalah keluarga.
Semenjak kepergian mamanya, papanya bingung mencari pengganti mamanya. Padahal menurut ajaran agamanya, mestinya papanya tidak boleh menikah lagi. Namun, dengan alasan adik-adiknya masih kecil dan butuh bimbingan seorang mama. Maka papanya mengucap janji suci itu sekali lagi. Papanya menikah lagi dengan seorang wanita yang sampai sekarang Mantha mengganggapnya mamanya. Tapi beda kan, dia mama tiri Mantha. Untung saja mama tiri Mantha yang bernama Cantika Mellise Purnomo itu gak jahat seperti ibu tiri yang kebanyakan diputar di sinetron dan film layar lebar. Mama Tika, begitu Mantha memanggilnya, memang tidak jahat, tidak kejam, tidak terlalu judes (tapi kadang bisa muncul kalau lagi mendapat ‘tamu bulanan’), tidak begitu suka marah (mungkin karena ia menyadari suaranya sendiri sudah kelewat nyaring kalau memanggil orang), dan yahhh… cukup baik lahh.
Papanya pintar mencari pengganti mamanya. Mama Tika cukup lembut kok, meskipun beda usianya terpaut cukup jauh sama papanya. Kurang lebih 14-15 tahun. Papanya sekarang 50 tahun, Mama Tika 36 tahun. Papanya sudah menikahi mama tirinya itu semenjak 2.5 tahun yang lalu.
Namun, setelah lewat 1 tahun dinikahi dan dianggap seperti mama tiri teladan, ternyata dia ada sisi jeleknya juga lho. Mama Tika suka membandingkan masa remaja Mantha bersaudara dengan masa remajanya dia. Dia bilang begini..
“Waktu mama masih seumur kalian itu, mama tidak boleh keluar rumah bareng temen-temen mama.” Dan bla bla bla seterusnya.
Dia juga menjadi sangat protektif. Ia mendidik Mantha dan adik-adiknya untuk tidak boleh keluar rumah bareng teman-teman. Seperti masa kecilnya.
Serasa gimana gituuu dehh…
Terus..
Dia mengatakan bahwa jaman sekarang jauh lebih bahaya daripada jamannya.  Jadi yang namanya anak perempuan harus selalu dilindungi dan tidak boleh terlalu bebas kemana-mana selain sekolah dan mal bersama keluarga.
Walaupun kedua adiknya, Litha dan Calizta jarang bahkan tidak pernah melawan omongan mama tirinya itu, karena mereka anggap alasan yang cukup bagus, tapi tidak begitu dengan Mantha. Karena Mantha berpikir, dirinya sudah 17 tahun. Sudah besar, kenapa harus dijaga di rumah, tidak boleh keluar bersama teman hanya untuk sekadar have fun barang sehari aja sih ? Kayak dipingit seperti mau nikah dan dikurung seperti ayam petelur ? Rasanya kok tidak masuk akal ya ? Ini jaman sosialsisasi kan ? Bukan jaman Siti Nurbaya atau R.A. Kartini yang berperaturan kalau anak perempuan harus di rumah terus ?
Pertanyaan itu terus berseliweran di dalam benak Mantha, tiap kali ia melawan pendapat mama tirinya itu hanya untuk mendapat izin pergi keluar sama temannya, dan itu juga tidak berhasil, karena mama tirinya itu tetap tidak memperbolehkan Mantha keluar. Dan hasilnya, Mantha tetap tambah Be-Te di rumah, wajahnya ditekuk seribu.
Untunglah ia telah pindah. Keluar dari rumahnya itu, dan sekarang ia bebas keluar, jalan-jalan bareng dengan teman-temannya juga dengan Cryztal. Tapi walau telah pindah, masalah tidak akan selesai begitu saja.
Maksudnya ?
Maksudnya, walau mama tirinya tau dia sekarang sering nongkrong bareng di mal-mal di Singapura dan hebatnya tidak marah, karena dengan alasan Singapura adalah negara yang sangat aman, masalah yang lainnya datang.
Huaaarrrggghhh… !
Apalagi sih ?
Ternyata meskipun ia tinggal se-apartment dengan Cryztal, tidur sekamar dengan sobat karibnya ini, rasa nyaman tinggal di sana hanya tahan 2 minggu. Karena adik perempuan Cryztal, Deviline Matilda Salim, yang biasanya dipanggil Tilda ini, kenakalannya melewati batas anak-anak biasa dan sukanya mengganggu Mantha tanpa sebab. Aneh kan ?
Hari pertama Mantha di Singapura tinggal di apartment-nya Cryztal. Saat sedang beres-beres baju dan bukunya untuk dimasukkan di lemari yang tersedia, karena telah dibelikan lagi lemari kosong, Tilda datang dan senyam-senyum di depannya. Mantha pikir anak ini berusaha ramah dengan pendatang baru, maka Mantha juga memberikan senyumnya yang paling tulus.
Lalu..
“Kak, boleh kenalan ?” Tanya Tilda, sambil mengulurkan tangannya. Awalnya Mantha tidak sadar apa yang ada di tangan Tilda, maka Mantha menyambut uluran tangan gadis kecil mungil, sekarang ditambah julukan ‘Sumprit’ dan ‘Kurang ajar’ oleh Mantha.
“Namamu siapa ?” tanya Mantha sambil menjabat tangan Tilda.
“Namaku ? Deviline Matilda Salim, kak. Panggil aja Tilda.” ujar Tilda yang sebenarnya mempunyai wajah imut, dengan kulit putih bersih, rambut panjang hitam lurus, bibir tipis, dan sebagainya yang membuat Mantha waktu itu berpikir, ‘kecilnya aja udah cakep gini, gedenya mau jadi model ya, dik ?’
“Nama kakak siapa ?” tanya Tilda lagi sambil tersenyum agak jail.
“Nama kakak Samantha Abyssa Puspitoyono. Panggil kakak, kak Mantha ya.”
“Ya, kak Mantha.”
Lalu ketika Mantha ingin melepaskan tangannya dari tangan Tilda, rasanya sangat lengket dan tidak bisa dilepas. Kayak direkatkan sama lem UHU gitu.
‘Tapi kok aku goblok yah gak nyium bau khas lem UHU yang keras banget dan menyengat itu. Yang aku rasakan malah rasa adem ketika bersalaman dengan tangan Tilda ?’ pikir Mantha.
Sontak, Tilda terlihat kaget karena tangannya tidak bisa lepas dari tangan Mantha, ia langsung berakting dengan mencoba susah payah melepaskan tangan kanannya dengan menggunakan tangan kirinya. Tapi tidak bisa dan ia lalu menangis. Itu juga akting. Tapi yang Mantha heran, mungkin dari lahir, ini anak udah punya bakat akting alami. Karena air matanya memang keluar beneran. Ia menangis kencang dan meminta tolong.
Help me… Tolong aku kak Mantha.. Kok jadi lengket gini sihhh ?”
“Aduh, kak Mantha juga heran kenapa bisa lengket gini..”
“Kak Cryztaaaaaaallllll… !!! Huaaaaaaaaaaaa….!!!” Tilda menangis tambah kencang.
Cryztal dengan muka Be-Te datang ke kamarnya dan Mantha yang memang dipakai barengan itu. Dia memegang satu tube lem khusus yang transparan, tidak berbau, dan berdaya lekat tinggi. Kalau gak salah Mantha ingat, namanya The Super Glue deh. Tentunya bukan produksi Indonesia. Dan lem itu ditujukan untuk melekatkan karton-karton tebal hingga berlapis-lapis. Tube itu sudah habis setengahnya. Cryztal juga membawa kuas yang terlihat lengket oleh lem.
Oh, Mantha baru menyadari, ternyata Tilda mengerjainnya.
‘Dasar anak kecil. Masih terlalu usil. Biarin lah, paling belum akrab.’ pikir Mantha waktu itu.
Lalu Cryztal mengatakan sesuatu lewat bisikan kepada Mantha.
“Man, maklumin yah.. Ni anak masih terlalu nakal.. Masih kecil sih.. Gak pa pa kan ?”
Setelah bisikan itu berhenti, Mantha langsung menjawab, “Gak pa pa.. Udah gw maklumin kok.”
Dan itulah hari pertama Mantha di Singapura..
Hari-hari berikutnya, memang sih kehidupan Mantha normal. Hanya saja, Tilda terus-terusan mengganggunya. Bikin Mantha tambah pusiinnggg deh..
Suatu hari, darah Mantha hampir naik ke ubun-ubun, kalau saja di apartment itu Papanya Cryztal sedang pergi. Tapi, keberuntungan berpihak kepada Tilda, karena papanya ada di rumah. Karena papanya ada di rumah itulah, Mantha tidak berani marah kepada Tilda dan Tilda semakin leluasa mengganggunya. Mau dibilangin sama papanya juga sama, tetap saja gangguin Mantha. Papanya dan Cryztal terlalu memanjakan Tilda, hingga anak itu menjadi seperti ini. Lagian, menurut Mantha, Tilda kelewat aktif atau bisa dikatakan mempunyai penyakit hiperaktif.
Apa yang dilakukan Tilda hingga Mantha naik-darah-tapi-gak-berani-marahin, cuma bisa senyum doang, mesem-mesem kayak kambing disuntik nahan gejolak amarahnya ?
Karena Tilda sok mengantarkan makanan untuk makan malam karena waktu itu Mantha tidak bisa keluar kamar, karena sedang mengerjakan banyak tugas.
Kejadiannya seperti ini :
TOK TOK TOK !!!!!!!!!!!!
Tilda mengetok pintu kamar Mantha dan Cryztal yang ditempati bersama itu. Cryztal sedang tidak ada di apartment, karena sedang mencari bahan buat presentasi.
“Siapa ?”
“Tilda, kak, mau nganterin makanan…”
‘Hrhhh anak itu lagi.. Buat apa dia nganterin makanan ? Nyari perhatian ? Gak bakal dapet dehhh… Orang lagi pusing, sibuk gini kok.’ sahut Mantha di dalam hatinya. Lalu dia langsung menjawab, “Ya, buka aja pintunya.”
Lalu dengan sedikit kesulitan, Tilda membuka pintu kamar Mantha. Wangi sedap makanan langsung sampai ke hidung Mantha, dan karena Mantha lapar banget tapi ditahan, perut Mantha langsung berbunyi nyaring. Seperti alarm mengingatkan Mantha untuk makan sebelum maag-nya kambuh.
Mantha sempat mengutuki perutnya yang berbunyi nyaring di depan anak tengik itu.
Tilda hanya nyengar-nyengir. Lalu menyahut, “Tuh kan, kak Mantha laperrrr… Buktinya perutnya bunyi.. Napa gak mau makan dulu kak ? Ini aku bawain makanan. Mbok Sumi yang masak lho. Enak. Kecium kan dari wanginya.”
Mantha, yang berusaha tidak tergoda, hanya mengatakan, “Baunya biasa aja tuh, Tilda. Namanya juga makanan.”
Tilda menyahut lagi, berusaha membuat Mantha tambah ngiler, “Nampan yang aku bawain ini, isinya semur ayam, kripik kentang kering homemade yang kayaknya dimasak sama bumbu kare dan dikeringkan lagi jadi bumbu karenya serbukan, tapi aku gak tau juga gimana cara nyebutnya dan masaknya, nasi putih yang hangat ditaburi bawang goreng yang wangi, sayur cap cai yang isinya ada… apaan yah ini ? Oh, baso ikan, daging sapi, yang ijo-ijo gak tau, kembang kol aku tau, wortel, dan jamur dimasak bareng kuah kental yang wanginyaaaaa… hmm… yummy.. Oh iya, duh berat nih kak, nampannya. Penuh ini isinya. Ini juga ada pudding karamel pake saos coklat-coklat gak tau apa tapi Tilda udah makan dan enak, dan yang terakhir, air putih dingin segelas…”
Di benak Mantha yang berkhayal, betapa enaknya makanan itu, cocok untuk perutnya yang lagi lapar berat.
‘Enaknya dihantam aja makanannya atau masih mau gengsi-gengsian ya ??’ pikir Mantha.
Lalu, Mantha menoleh, seiring dengan perutnya yang berbunyi lagi, melihat makanan di depannya.
Duh, Mantha malu bangetttttt…
Lalu, Tilda berkata, “Hmm kak, nampannya Tilda taruh di meja kakak aja ya..”
Nah, di sini dia beraksi. Kaki Tilda pura-pura tersandung kaki kursi yang diduduki Mantha.
KLONTANG !!
Semangkuk semur ayam yang lezat itu tumpah, untung yang lainnya masih selamat, tapi yang penting adalah..
HAMPIR SEMUA TUGAS-TUGAS MANTHA YANG DIBUAT SUSAH PAYAH ITU, KETUMPAHAN KUAH SEMUR YANG SETENGAH KENTAL, BERWARNA COKLAT PEKAT, DAN BERMINYAK ITU…!!!!!!!!!!!!!!!!
AAAAAAAAAAARRRRRGGGGGGGHHHHHHHHHH…..!!!!
Mantha super-duper dongkol, darahnya langsung naik ke ubun-ubun, ia membuka mulut ingin memarahi Tilda yang sengaja itu. Pikir saja deh, tugasnya yang 3 hari 2 malam setengah mati dikerjainnya, dalam sekejap rusak begitu saja, ketumpahan kuah semur itu. Gimana cara bersihinnya coba ?! Mantha ingin sekali marah kalau saja ia nggak sadar, pintu kamarnya masih terbuka dan papanya Tilda menoleh dikit untuk memastikan semuanya baik-baik saja.
Papanya bertanya sambil membaca koran, “Mantha, kamu gak kenapa-kenapa kan ? Kok tadi om liat kayak ada yang tumpah..?
“Oh itu om.. Hmmm… Kuah semur om..”
“Tapi kok keliatannya kamu shock gitu ?”
“Iya om, itu tadi Tilda nggak sengaja numpahin karena kesandung kaki kursi. Tumpahnya.. hmm… di tugas yang aku kerjain selama 3 hari 2 malam, sulit lagi om.. Duh, gimana besok mau kumpulin om ?” sahut Mantha dengan kata-kata sedikit menekan dan dengan nada sedikit emosi.
Papanya Tilda-pun menjawab dengan begitu santainya, hingga rasanya Mantha mau protes, namun ia tidak berani karena bisa-bisa ia diusir.
Papanya Tilda menjawab, “Ya, kan Tilda nggak sengaja numpahin, karena kesandung, kan kasihan kalau ia disalahkan. Dia masih kecil, kasihan kan ? Apalagi tadi Tilda sudah sulit-sulit nganterin makanan ke kamu. Kalau ketumpahan, ya bukan sepenuhnya salah dia. Tugas kan bisa dibuat lagi. Ya kan ?”
Mantha tidak membalas omongan papanya Tilda, tapi, di hati ia menjawab, ‘Hah ? Gak sengaja ? Dasar anak kecil sialan ! And that assignment kan deadline-nya besok, kalau gak gw bisa matiiiiiiiiii…. Itu kan pelajarannya si guru killer, Miss Lee Morine, guru biologi yang terkenal killer, apa lagi kalau tugasnya gak dikumpulkan…!!!!! Aaaaaaaa…..!!!’
Mantha ingin menangis rasanya, bukan karena sedih. Sedih sih ada, tapi ibaratnya cuma 1 % dari 100 %. Sisanya, karena ia takut dimarahin Miss Lee dan karena ia menahan gejolak marah. Mukanya merah, matanya mulai terasa berair dan panas.
Tilda tersenyum licik dan puas, ia merasa sudah puas dengan apa yang dilakukannya. Ia lalu berkata, “Kak Mantha, have a pleasant day… Bye, may God Bless You… Hehe…”
‘What ? A Pleasant Day ??? This day looks like… hrrrrhhhhhhh… aaaaaaaaaaaaaaaaaa… my assignment !!!’
Pusing memikirkan cara, bagaimana membereskan kuah semur yang merendam kertas tugasnya itu, tanpa ampun hingga rusak, Cryztal pulang.
“Hei all… I’m homeeeee…..!!!!!!!!!”
Lalu Cryztal membuka pintu kamarnya dan ia sungguh terkaget-kaget melihat ada kuah tumpah di meja belajarnya.
WHAT THE… ? Mantha, kok ada kuah tumpah ? Kuah apa itu ?”
“Kuah semur ayam. Tilda yang sengaja numpahin di meja gw. Tugas-tugas kita yang 3 hari 2 malam kerendam..”
“HAH ??? Duh, memangnya siapa yang suruh bawa-bawa makanan ke dalam kamar sih ?”
“Yang jelas bukan gw, karena tiba-tiba aja Tilda masuk bawa nampan dan berakting seakan dia tersandung dan menumpahkan kuah semur ini di atas personal assignment kita..”
Dan ketika Mantha mengatakan hal itu, kening Cryztal yang tidak ditutupi poni itu berkerut.
‘Mungkin sekarang ia sadar kalau adiknya mempunyai tingkat kenakalan di atas batasnya…’ harap Mantha yang melihat kening Cryztal berkerut.
Tapi yang terjadi tidak sesuai harapan Mantha. Cryztal malah berkata, “Ah, masa sih ? Gw gak percaya Tilda kayak gitu. Masa dia bisa berakting seperti itu ? Gw kok rasanya gak percaya ya ?”
Mantha tambah kesal mendengar jawaban bernada pembelaan dari mulut Cryztal.
‘Emangnya tu anak tengik pakai ilmu hitam apa sih sampai-sampai semua orang belain dia dan memojokkan gw ?’ pikir Mantha, sewot.
Mantha, yang sama sekali tidak senang atas keadaannya sekarang, tidak bisa melakukan apa-apa dan hanya bisa memajukan bibirnya beberapa senti.
Karena kejadian itu, akhirnya Mantha dan Cryztal bekerja mati-matian semalam suntuk untuk menyelamatkan dan memperbaiki tugas itu, dan hanya mempunyai kesempatan tidur 2 jam saja…

Pagi hari, 7.45 am
TOK ! TOK ! TOK !
“Hei, bangun anak-anak perempuan… Siang-siang gini belum bangun ? Emangnya gak mau sekolah yah ??” omel Mbok Sumi dari luar.
Cryztal yang mendengar ketokan itu membuka kelopak matanya dengan berat hati dan melirik ke weker di samping ranjangnya.
Dan…
Seketika Cryztal terduduk, shock. Ia benar-benar terbangun sekarang.
7.45 !!!! OMG !!!!!
Ia langsung mengoyang-goyang badan Mantha.
“Mantha, Mantha…!!! Bangun, Man… Bangun !!!!”
“Eeeeeeeerrrr… Nyam.. Nyam…”
“BANGUNNNNNN….!!!” teriak Cryztal dengan suara menggeleggar menggantikan weker yang lupa disetel.
Mantha yang kaget langsung membuka ‘tirai’ yang menutup matanya itu. Alias, ia membuka kelopak matanya itu. Lalu ia bangkit dan duduk di ranjang.
“Apa sih Cryz.. ?? Lo kalo bangunin gw yang bener dong, jangan teriak-teriak gini.. Orang kan jadi jantungan..”
“Gak peduli jantungan, Mantha. Sumpah demi Tuhan, 7 menit terbuang cuma buat bangunin lo, and kita sekarang udah telat bangun dududdddd… Sekarang lo liat sendiri deh jam berapa..” sahut Cryztal, sambil menyodorkan weker ke depan mukua Mantha.
Mantha meresponnya dengan langsung melihat jam berapa yang dimaksud Cryztal telat itu. Dan benar saja, setelah Mantha liat, ia langsung kalang-kabut minta ampun..
“Ya ampun… Telat ! Telat !...”
Maka mereka pun langsung mandi ala kambing, gak peduli sampai sore nanti bagaimana bau badan mereka, lalu merapikan barang mereka, dan keluar dari apartment mereka dengan gaya nobita, yaitu mengigit roti panggang tumpuk berselai kacang di mulutnya. Namun, ada satu hal yang mereka kelupaan… Tugas biologi Miss Lee Morine yang mereka buat hingga gak tidur semalaman itu…
Sesampainya di sekolah…
Di papan tulis kelas mereka, grade 11-science tertulis besar-besar, dalam huruf kapital..
‘BIOLOGY LESSON IS MOVING FORWARD TO THE FIRST TWO CLASS AND MATHS MOVE TO THE BIOLOGY TIME.’
“Hahhh ??? Pelajarannya Miss Lee Morine dimajuin ke jam pertama ? Duhhhh… Cape deh..”
“Ummm.. Cryz, lo bawa tugasnya kan ??”
“Napa emangnya, Man ?”
“Gw kok ngerasa ada yang kelupaan ya ?”
“Let me see..” Cryztal melihat ke dalam tasnya, apakah kecurigaan Mantha terbukti ?
Dan…
Gerakan tangan Cryztal mengejang sesaat, lalu dengan panik ia mengobrak-abrik isi tasnya, isi tas Mantha, sementara Mantha terduduk shock menutup mukanya.
“Hhhhhhh…” Mantha menghela napas berat.
“Gimana nih…”
“Terima aja nasib kita, Cryz… Kita juga yang salah. Bangun kesiangan..”
Lalu, seorang temannya, Amanda Brown, sering dipanggil Sparkling Girl atau hanya Spark karena walaupun ia keturunan Afro-American, wajahnya sangat cantik – melebihi istrinya presiden Amerika Barack Obama, Michelle Obama yang anggun itu – menghampiri mereka.
“Hei girls, what happen to you all ? Your face looks so….” Spark menghentikan omongannya, takut kalau kata-kata yang ia ucapkan salah, dan 2 orang di depannya ini meledak seperti bom atom.
“So what ?” tanya Mantha balik dengan ekspresi yang tidak dapat dijelaskan.
“So… So… Stressful…” kata Spark terbata-bata karena takut.
“Hmmm… yeah..” Cryztal menjawab , dengan pandangan kosong melompong, tanpa emosi.
“Hey.. Why do you all like that ?” Spark merasa kasihan dengan Mantha dan Cryztal, lalu menyeret kursinya ke depan meja mereka.
“We… left our assignment in our apartment..” kali ini Mantha yang menjawab.
“What assignment ?”
“Miss Lee Morine.. Biology..” Cryztal menjawab.
“OMG, you’re gonna died.. You know, what type of monster is Miss Lee Morine ?”
“Hhhhh… Yeah, I know.. Vampire, or satan ? But, I think she’s vampire, sucking our blood for her food..”
“That you know.. Hmm, by the way, how can you left your assignment ?”
“Our assignment finished perfectly yesterday evening. But, when Cryztal’s sister, Matilda, brought me my dinner, she slipped out and one bowl of ‘semur ayam’ my favorite food, splat in all over the assignment. The gravy was so thick and had a brown colour. Also, it’s so oily. So, that perfectly finished assignment was broken. Then, when we realized that today is the day of submission, we made it again and we didn’t sleep until five in the morning. When we fell asleep, until what time that we didn’t know, we didn’t realize that alarm was ringing. Cryztal woke up first then in a hurry, she woke me up. Then, we realize that it’s late. So after all finished, we went to school without realizing that our assignment was left. That’s the story..”
“OMG.. I think God gives you difficulty today.. Be passion yaaaaa…”
“Thanks, Spark.. You’re our best-best friend…” kata Cryztal
“You’re welcome..”
Lalu Spark meninggalkan mereka dengan senyum simpatik.
Dan..
KRIIIIINGGGGGG….!!!!!!!!!
Bel sekolah berbunyi. Miss Lee Morine memasuki kelas, Mantha dan Cryztal berdiri dengan lemas, takut-takut, dan dengan kaki yang bergetar.
Miss Lee Morine yang cepat menangkap situasi muridnya langsung melirik Mantha dan Cryztal, karena menangkap adanya sinyal tak beres dari kedua anak didiknya itu.
“Mantha and Cryztal… What happen ?” tanyanya dengan nada suara yang anggun, namun sedikit tajam dan siap menerkam siapa saja.
“Errr… M.. Misssssssss…..” Mantha mencoba menjelaskan kepada Miss Lee Morine dengan terbata-bata.
“Yes, what happen ? You look so different today.”
“M… Misss… My.. My…” kata-kata Mantha diputus oleh Miss Lee Morine yang nampaknya sudah gak sabar nungguin jawaban dari Mantha.
Miss Lee Morine memang seperti itu. To the point, anggun, parasnya paling cantik dari antara guru-guru lainnya, umurnya pun masih muda, sekitar 29 tahunan, tapi ia kejam, berambisi tinggi, gak sabaran, dan pokoknya sifatnya itu sangat bertolak belakang dengan parasnya. Banyak yang tidak menyangka, bahwa sifat sang guru yang cantik jelita ini sangat kejam. Seperti pembunuh berdarah dingin. Miss Lee Morine sebenarnya bukan dari kalangan keluarga para pendidik keras. Orang tuanya saja sangat liberal. Memberikan kebebasan berekspresi, kebebasan berbuat dan melakukan apa saja. Semua orang tahu akan hal itu. Karena, Miss Lee Morine bukan dari kalangan orang menengah ke bawah. Orang tuanya adalah pemilik sah perusahaan retail terbesar di Singapura, Lee Family, dan juga pemegang saham terbesar di salah satu hotel termewah di Dubai. Suaminya yang baru menikahinya 6 bulan yang lalu, adalah anak dari seorang miliuner ternama di Prancis. Dan sekolah tempat Mantha bersekolah sekarang, dibangun oleh orang tuanya Miss Lee Morine, dan 40 % sahamnya adalah milik suaminya Miss Lee Morine. Miss Lee Morine, di sekolah ini menjabat sebagai wakil kepala sekolah dan mengajar sebagai guru biologi.
Kembali lagi ke dunia Mantha..
Mantha berkeringat dingin. Cryztal juga sama tampaknya. Mereka lagi dalam kondisi gawat darurat. Coba saja mereka bisa langsung menghilang dengan memutar tubuh mereka, yang tinggal hanya kepulan asap yang menyertai kepergian mereka. Tapi ini kan bukan kehidupan fantasi di komik.. Jadi, mereka harus menghadapi kenyataan hidup yang tragis ini.
“Mantha ? I ask you from last 5 minutes, what happen to you, and you don’t want to answer it. You know, the time had been wasted for only waiting for your answer.”
“Hmm… Mi.. Missssss.. I… I… I’m sorry miss…”
“Sorry for what, dear ?” suara Miss Lee Morine melembut, bibirnya membentuk segaris senyum. Namun, tipis..
“I.. I don’t bring my assignment to school miss.. I forgot, because I remade it yesterday. Actually, it had finished but, Cryztal’s little sister accidentally slipped when she brought me my dinner and the dinner splat on my assignment. So, I and Cryztal remade it. But, after me and Crystal felt so tired for remaking the assignment, we fell asleep and woke up too late this morning. Then, we didn’t think about our assignment and quickly go to school. After we feel something left, we checked our bag, and realized that the assignment was left. So, we are sorry, Miss…” Mantha menjelaskan ke Miss Lee Morine dengan sedikit gugup pada awalnya, tapi ia heran, biasanya Miss Lee tidak mau mendengar alasan yang bertele-tele menurut dia dan terlalu panjang seperti yang Mantha lakukan tadi. Biasanya ia langsung menyetop dengan alasan terlalu panjang dan lama. Lalu, tidak mau mendengarkannya lagi. Biasanya juga ia langsung memanggil kandidat yang akan dihukumnya ke depan mejanya, lalu dengan tega menghukumnya, hukumannya tidak pernah sama, selalu berbeda-beda. Itu yang membuat anak-anak tidak bisa memprediksikan hukuman apa yang bakal diberikannya.
Tapi… Hari ini kok dia beda ? Miss Lee Morine, yang biasanya selalu datang on time ketika bel berbunyi, berjalan dengan gaya anggun, dengan pakaian yang sangat terlihat simple tapi formal dan kelihatan mahal, bicaranya sangat teratur, biasanya tanpa menebar senyum, hari ini ia terlihat sangat berbeda.
Dengan baju yang tidak semestinya dipakai untuk bekerja, apalagi sebagai guru dan wakil kepala sekolah, hiasan rambut yang beda banget, padahal biasanya hanya disanggul dengan jepitan yang sama-sama saja, sepatu yang bukan yang biasanya, dan senyum menawan yang ditebarkannya, membuat wajah dingin yang selama ini menjadi image-nya berubah.
Ia memakai baju baby doll berenda berwarna pink pucat bersabuk pita di pinggangnya, celana legging hitam, sepatunya bukan stiletto yang biasa, melainkan wedges yang tidak terlalu tinggi paling hanya 3-5 cm, rambutnya digerai dan dijepit sebagian memakai jepitan kecil yang manis, pokoknya beda deh.. Ia juga terus-menerus menebar senyumnya, membuat ia terlihat semakin cantik.
Dan… Tanpa disangka, aksi takut-takutnya Mantha dan Cryztal hanya ditanggapi dengan super ringan.
“Ohhh, OK, next time don’t forget to bring your assignment and show it to me. Now, you two sit down.”
Anak-anak sekelas sontak terkejut dengan sikap baru Miss Lee Morine. Ada apa gerangan dengan guru biologi kita juga sang wakil kepala sekolah yang berwibawa ?
Setelah pelajaran Miss Lee Morine berakhir adalah snack time. Mantha yang penasaran bertanya ke Homeroom Teacher-nya, atau bisa disebut, wali kelasnya, Miss Susan Smith, kenapa sih, Miss Lee berubah total hari ini, dengan santai juga Miss Susan menjawab…
“She newly got a very good news today morning, dear…”
“What news ?” tanya Mantha penasaran.
Selanjutnya, jawaban yang diberikan Miss Susan membuat mulut Mantha menganga lebar, selebar-lebarnya.
“She claimed by doctor that she’s now enter the day of pregnancy. She gets positive on the test. She’s now pregnant, my dear.”
Oh, jadi itu alasannya mengapa tadi pagi ia tersenyum cerah terus-menerus, memakai pakaian yang sama sekali bukan style-nya, dan membebaskan Mantha dan Cryztal dari hukuman yang semestinya diberikannya.
TERNYATA, MISS LEE HAMIL…!!!

*continue to part 2*